DARI ESA MENJADI TRINITAS
Sebuah Tinjauan Sejarah Asal Muasal Doktrin Trinitas
Pada dasarnya Kekristenan tidak dapat dipisahkan dalam sejarah dengan perjalanan bangsa Israel (Yahudi). Yesus Kristus sendiri menyatakan :
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi (Yohanes 4:22)
Maka ketika menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat, Yesus Kristus menyatakan konsep keimanan yang sangat monoteis :
Jawab Yesus : “Hukum yang terutama ialah : dengarlah hai orang Israel, Tuhan (TUHAN, YHWH) Allah kita, Tuhan (TUHAN, YHWH) itu esa” (Markus 12:29)
Inilah konsep keimanan yang diajarkan kepada orang Israel sejak semula dan dituliskan oleh Musa sebagai hukum yang utama : “Shema” (Dengarlah). “Dengarlah hai orang Israel : YHWH itu Allah kita, YHWH itu esa” (Ulangan 6:4).
Dalam upaya untuk melindungi konsep Allah yang satu dari segala jenis penggandaan (multiplication), penurunan nilai (watering down), atau pencampuran adukan (amalgamation) dengan ibadah-ibadah lain diseluruh dunia, orang Israel memilih bagi dirinya sendiri ayat Kitab Suci (Ulangan 6:4) untuk menjadi pernyataan iman (credo) yang sampai hari ini menjadi bagian liturgi harian di sinagog-sinagog yang juga ditanamkan sebagai kalimat pertama yang harus dihafal oleh anak sekolah berusia lima tahun. Inilah pengakuan yang oleh Yesus dianggap sebagai “yang paling utama dari semua perintah” (Pinchas Lapide, Jewish Monotheism and Christian Trinitarian Doctrine, 1981:27)
Konsep keimanan ini pulalah yang dipahami oleh para rasul, murid-murid Yesus :
Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa … dan satu tu(h)an saja yaitu Yesus Kristus …. (1Korintus 8:6)
Oleh sebab itu pada dasarnya Kekristenan adalah agama monoteis yang sama seperti agama Yahudi, sebab Kekristenan mengakui Bapa, yaitu yang disebut Allah oleh orang Yahudi (Yohanes 8:54).
Yudaisme, lingkungan di dalam mana orang-orang Kristen purba hidup dan berasal, senantiasa merupakan agama monoteisme yang kuat. Dari Yudaisme inilah Kekristenan mewarisi monoteisme (Lohse, 1994:47)
Apa yang disebut sebagai doktrin Trinitas hingga hari ini, merupakan satu doktrin yang peristilahannya tidak dapat ditemukan di dalam Alkitab. Bahkan perdebatan awal yang sangat panas antara kaum Athanasius dan Arius (Konsili Nicea, 325) tidaklah menyinggung mengenai ketritunggalan melainkan hanya mendebatkan tentang posisi Yesus terhadap Bapa. Doktrin Trinitas sendiri belum menemukan bentuknya yang utuh hingga abad ke-5 setelah disusunnya Kredo Athanasius di Perancis Selatan (bukan disusun oleh Athanasius dari Alexandria, hanya diambil dari nama yang sama).
Tidak ada indikasi dalam Perjanjian Lama tentang pemisahan keAllahan. Ini merupakan salah tempat untuk menemukan doktrin Inkarnasi Allah atau tentang hal-hal Trinitas dalam halaman-halamannya (Encyclopedia of Religion and Ethics, Clark, 1913, jilid 6:254).
Kaum teolog hari ini telah setuju bahwa Kitab-kitab orang Ibrani tidak berisikan doktrin Trinitas (The Encyclopedia of Religion, Eliade, 1987, 15:54).
Doktrin trinitas tidak diajarkan dalam Perjanjian Lama (New Catholic Encyclopedia, Pub. Guild, 1967:306)
Sejarah teologi dan dogma Kristen mengajar kita untuk menghargai Trinitas sebagai elemen khas dari ide Kekristenan tentang Allah. Tapi di sisi lain, kita harus jujur mengakui bahwa doktrin Trinitas tidak terbentuk sebagai bagian dari orang-orang Kristen mula-mula yang menuliskan Perjanjian Baru. Tidak ada jejak dari ide seperti ini dalam Perjanjian Baru. “Mysterium logicum” (pemikiran yang misterius) ini, bahwa Allah itu tiga tetapi satu, berada sepenuhnya diluar pesan dari Alkitab. Ini adalah misteri yang Gereja letakkan dalam keimanan, tetapi tidak ada hubungan dengan ajaran Yesus dan para Rasul. Tidak ada satupun Rasul yang pernah bermimpi memikirkan bahwa ada tiga pribadi ilahi yang hubungan mutualnya dan kesatuannya menciptakan paradoks (pertentangan) yang di luar pengertian kita (Emil Brunner, Christian Doctrine of God, Dogmatics, 1950:205,226,238)
Menuju ke Doktrin Trinitas
Kekristenan mengalami aniaya yang hebat oleh para penguasa Romawi. Penganiayaan hebat terjadi pada jaman Kaisar Nero sampai Kaisar Diocletian. Tetapi setelah Kaisar Diocletian muncul seorang Kaisar baru yaitu Kaisar Konstantin Agung yang menyadari bahwa Kekristenan telah merasuk masuk ke dalam kerajaannya dan akan sangat berbahaya untuk bermusuhan dengan Kekristenan. Maka pada tahun 314, Kaisar mengeluarkan Dekrit Toleransi Milan yang mengatur tentang agama Kristen sebagai agama resmi negara. Konstantin ingin menggunakan kekuatan agama Kristen untuk secara politis menyatukan Romawi. Pengaruh budaya Yunani (Helenisme) sangat kuat masuk ke dalam dunia Kekristenan.
Maka refleksi dua tiga generasi Kristen pertama atas “fenomena” Yesus dan pengalaman umat sendiri terjadi dalam rangka alam pikir dan tradisi religius Yahudi, yang hanya sedikit terpengaruh oleh alam pikiran Yunani. Tetapi lama-kelamaan pengaruh alam pikiran Yunani bertambah besar. Sarana pemikiran yang mula-mula Yahudi semakin menjadi Yunani. Maka iman kepercayaan Kristen yang mula-mula ditampung dalam gagasan dan istilah Yahudi lama-kelamaan dipindahkan kepada gagasan Yunani. Ada bentrokan antara alam pikiran Yahudi Kristen semula dengan alam pikiran Yunani Kristen kemudian, dan antara iman kepercayaan Kristen dan alam pikiran Yahudi dan Yunani (Groenen, 1987:36-37)
Meski demikian, Kekristenan saat itu masih sangat didominasi oleh kaum Kristen unitarian yang “sampai awal abad ketiga masih merupakan mayoritas yang besar” (Encylopedia Britannica, Edisi 11, Vol 23, Hal 963).
Kaisar Konstantin yang ingin menggunakan Kekristenan sebagai pemersatu politis Romawi merasa resah melihat perdebatan teologis yang telah mencapai rakyat jelata. Perdebatan besar terutama terjadi di gereja-gereja Mesir yang berpusat di kota Alexandria yaitu antara Uskup Agung Alexander dari Alexandria dan penerusnya Uskup Athanasius melawan Uskup Arius dari Alexandria yang didukung oleh Uskup Agung Eusebius dari Nicomedia. Maka Kaisar memutuskan diadakannya satu Konsili besar untuk memutuskan masalah-masalah teologis ini.
Pada saat itu terdapat setidaknya 1800 orang Uskup Kristen, 1000 orang di wilayah Romawi Timur dan 800 orang di wilayah Romawi Barat. Tetapi apa yang dikatakan sebagai Konsili Ekumene Pertama di Nicea tahun 325 itu hanya dihadiri oleh 250 – 318 orang Uskup saja. Eusebius mencatat 250 Uskup, Athanasius mencatat 318 Uskup, dan Eusthatius dari Antiokia mencatat kehadiran 270 Uskup. Artinya jumlah yang sama sekali jauh dari jumlah keseluruhan Uskup yang ada.
Uskup-uskup yang hadir terpecah dalam tiga golongan pemikiran yaitu kelompok homoousian yang menyatakan bahwa Yesus memiliki substansi yang sama (the same substance) dengan Bapa yang dipimpin oleh Uskup Alexander dari Alexandria, kelompok Arian yang menyatakan bahwa Yesus tidak mungkin sama substansinya, sekalipun sangat mulia, tetapi tetap adalah ciptaan Bapa dipimpin oleh Arius, dan kelompok yang ingin mencapai kompromi dengan menyatakan bahwa Yesus dan Bapa adalah berbeda tetapi mirip (similar) disebut kelompok homoiousians.
Pertemuan yang berlangsung sejak 20 Mei 325 itu baru dapat menghasilkan kesimpulan pada tanggal 19 Juni 325 setelah Kaisar Konstantin sendiri datang pada tanggal 14 Juni 325. Kaisar datang dengan membawa satu cohort (setara brigade) tentara Romawi. Konstantin kemudian menangkap Arius, dan kedua sahabatnya Theonas dan Secundus, para Uskup dari Libya dan mengasingkan mereka. Semua tulisan Arius dikabarkan dibakar, sekalipun tidak ada catatan resmi tentang pembakaran ini. Kesimpulan yang diambil pada tanggal 19 Juni 325 diikuti dengan kutukan (anatema) terhadap Arius dan para pendukungnya.
Kaisar nekad. Rapat itu mesti meredakan ketegangan dan menghentikan pertikaian serta menghasilkan semacam asas tunggal yang harus diterima semua pihak berselisih …. Keputusan Konsili menjadi hukum negara. Arius dan uskup-uskup pembangkang dipecat dan dibuang ke pedalaman. Tulisan-tulisan Arius dibakar dan siapa yang mempunyai tetapi tidak menyerahkan terancam hukuman mati (Groenen, 1992:131)
Kesimpulan konsili dibacakan oleh Hosius dari Cordoba yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah “Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah sebenarnya dari yang sebenarnya”. Bahwa Yesus Kristus bukan diciptakan tetapi sama kekalnya dengan bapa (co-substantial) dan berasal dari substansi yang sama (homoousius). Konsili juga memutuskan untuk mengganti perayaan Paskah dari Passover Yahudi kepada Easter. Motivasinya menurut catatan Theodoret adalah pendapat Kaisar untuk menjauhkan perayaan dari tradisi Paskah Yahudi yang telah menyalibkan Yesus Kristus pada hari raya mereka itu. Hal tentang Roh Kudus sama sekali tidak dibicarakan oleh Konsili.
Sebuah Tinjauan Sejarah Asal Muasal Doktrin Trinitas
Pada dasarnya Kekristenan tidak dapat dipisahkan dalam sejarah dengan perjalanan bangsa Israel (Yahudi). Yesus Kristus sendiri menyatakan :
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi (Yohanes 4:22)
Maka ketika menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat, Yesus Kristus menyatakan konsep keimanan yang sangat monoteis :
Jawab Yesus : “Hukum yang terutama ialah : dengarlah hai orang Israel, Tuhan (TUHAN, YHWH) Allah kita, Tuhan (TUHAN, YHWH) itu esa” (Markus 12:29)
Inilah konsep keimanan yang diajarkan kepada orang Israel sejak semula dan dituliskan oleh Musa sebagai hukum yang utama : “Shema” (Dengarlah). “Dengarlah hai orang Israel : YHWH itu Allah kita, YHWH itu esa” (Ulangan 6:4).
Dalam upaya untuk melindungi konsep Allah yang satu dari segala jenis penggandaan (multiplication), penurunan nilai (watering down), atau pencampuran adukan (amalgamation) dengan ibadah-ibadah lain diseluruh dunia, orang Israel memilih bagi dirinya sendiri ayat Kitab Suci (Ulangan 6:4) untuk menjadi pernyataan iman (credo) yang sampai hari ini menjadi bagian liturgi harian di sinagog-sinagog yang juga ditanamkan sebagai kalimat pertama yang harus dihafal oleh anak sekolah berusia lima tahun. Inilah pengakuan yang oleh Yesus dianggap sebagai “yang paling utama dari semua perintah” (Pinchas Lapide, Jewish Monotheism and Christian Trinitarian Doctrine, 1981:27)
Konsep keimanan ini pulalah yang dipahami oleh para rasul, murid-murid Yesus :
Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa … dan satu tu(h)an saja yaitu Yesus Kristus …. (1Korintus 8:6)
Oleh sebab itu pada dasarnya Kekristenan adalah agama monoteis yang sama seperti agama Yahudi, sebab Kekristenan mengakui Bapa, yaitu yang disebut Allah oleh orang Yahudi (Yohanes 8:54).
Yudaisme, lingkungan di dalam mana orang-orang Kristen purba hidup dan berasal, senantiasa merupakan agama monoteisme yang kuat. Dari Yudaisme inilah Kekristenan mewarisi monoteisme (Lohse, 1994:47)
Apa yang disebut sebagai doktrin Trinitas hingga hari ini, merupakan satu doktrin yang peristilahannya tidak dapat ditemukan di dalam Alkitab. Bahkan perdebatan awal yang sangat panas antara kaum Athanasius dan Arius (Konsili Nicea, 325) tidaklah menyinggung mengenai ketritunggalan melainkan hanya mendebatkan tentang posisi Yesus terhadap Bapa. Doktrin Trinitas sendiri belum menemukan bentuknya yang utuh hingga abad ke-5 setelah disusunnya Kredo Athanasius di Perancis Selatan (bukan disusun oleh Athanasius dari Alexandria, hanya diambil dari nama yang sama).
Tidak ada indikasi dalam Perjanjian Lama tentang pemisahan keAllahan. Ini merupakan salah tempat untuk menemukan doktrin Inkarnasi Allah atau tentang hal-hal Trinitas dalam halaman-halamannya (Encyclopedia of Religion and Ethics, Clark, 1913, jilid 6:254).
Kaum teolog hari ini telah setuju bahwa Kitab-kitab orang Ibrani tidak berisikan doktrin Trinitas (The Encyclopedia of Religion, Eliade, 1987, 15:54).
Doktrin trinitas tidak diajarkan dalam Perjanjian Lama (New Catholic Encyclopedia, Pub. Guild, 1967:306)
Sejarah teologi dan dogma Kristen mengajar kita untuk menghargai Trinitas sebagai elemen khas dari ide Kekristenan tentang Allah. Tapi di sisi lain, kita harus jujur mengakui bahwa doktrin Trinitas tidak terbentuk sebagai bagian dari orang-orang Kristen mula-mula yang menuliskan Perjanjian Baru. Tidak ada jejak dari ide seperti ini dalam Perjanjian Baru. “Mysterium logicum” (pemikiran yang misterius) ini, bahwa Allah itu tiga tetapi satu, berada sepenuhnya diluar pesan dari Alkitab. Ini adalah misteri yang Gereja letakkan dalam keimanan, tetapi tidak ada hubungan dengan ajaran Yesus dan para Rasul. Tidak ada satupun Rasul yang pernah bermimpi memikirkan bahwa ada tiga pribadi ilahi yang hubungan mutualnya dan kesatuannya menciptakan paradoks (pertentangan) yang di luar pengertian kita (Emil Brunner, Christian Doctrine of God, Dogmatics, 1950:205,226,238)
Menuju ke Doktrin Trinitas
Kekristenan mengalami aniaya yang hebat oleh para penguasa Romawi. Penganiayaan hebat terjadi pada jaman Kaisar Nero sampai Kaisar Diocletian. Tetapi setelah Kaisar Diocletian muncul seorang Kaisar baru yaitu Kaisar Konstantin Agung yang menyadari bahwa Kekristenan telah merasuk masuk ke dalam kerajaannya dan akan sangat berbahaya untuk bermusuhan dengan Kekristenan. Maka pada tahun 314, Kaisar mengeluarkan Dekrit Toleransi Milan yang mengatur tentang agama Kristen sebagai agama resmi negara. Konstantin ingin menggunakan kekuatan agama Kristen untuk secara politis menyatukan Romawi. Pengaruh budaya Yunani (Helenisme) sangat kuat masuk ke dalam dunia Kekristenan.
Maka refleksi dua tiga generasi Kristen pertama atas “fenomena” Yesus dan pengalaman umat sendiri terjadi dalam rangka alam pikir dan tradisi religius Yahudi, yang hanya sedikit terpengaruh oleh alam pikiran Yunani. Tetapi lama-kelamaan pengaruh alam pikiran Yunani bertambah besar. Sarana pemikiran yang mula-mula Yahudi semakin menjadi Yunani. Maka iman kepercayaan Kristen yang mula-mula ditampung dalam gagasan dan istilah Yahudi lama-kelamaan dipindahkan kepada gagasan Yunani. Ada bentrokan antara alam pikiran Yahudi Kristen semula dengan alam pikiran Yunani Kristen kemudian, dan antara iman kepercayaan Kristen dan alam pikiran Yahudi dan Yunani (Groenen, 1987:36-37)
Meski demikian, Kekristenan saat itu masih sangat didominasi oleh kaum Kristen unitarian yang “sampai awal abad ketiga masih merupakan mayoritas yang besar” (Encylopedia Britannica, Edisi 11, Vol 23, Hal 963).
Kaisar Konstantin yang ingin menggunakan Kekristenan sebagai pemersatu politis Romawi merasa resah melihat perdebatan teologis yang telah mencapai rakyat jelata. Perdebatan besar terutama terjadi di gereja-gereja Mesir yang berpusat di kota Alexandria yaitu antara Uskup Agung Alexander dari Alexandria dan penerusnya Uskup Athanasius melawan Uskup Arius dari Alexandria yang didukung oleh Uskup Agung Eusebius dari Nicomedia. Maka Kaisar memutuskan diadakannya satu Konsili besar untuk memutuskan masalah-masalah teologis ini.
Pada saat itu terdapat setidaknya 1800 orang Uskup Kristen, 1000 orang di wilayah Romawi Timur dan 800 orang di wilayah Romawi Barat. Tetapi apa yang dikatakan sebagai Konsili Ekumene Pertama di Nicea tahun 325 itu hanya dihadiri oleh 250 – 318 orang Uskup saja. Eusebius mencatat 250 Uskup, Athanasius mencatat 318 Uskup, dan Eusthatius dari Antiokia mencatat kehadiran 270 Uskup. Artinya jumlah yang sama sekali jauh dari jumlah keseluruhan Uskup yang ada.
Uskup-uskup yang hadir terpecah dalam tiga golongan pemikiran yaitu kelompok homoousian yang menyatakan bahwa Yesus memiliki substansi yang sama (the same substance) dengan Bapa yang dipimpin oleh Uskup Alexander dari Alexandria, kelompok Arian yang menyatakan bahwa Yesus tidak mungkin sama substansinya, sekalipun sangat mulia, tetapi tetap adalah ciptaan Bapa dipimpin oleh Arius, dan kelompok yang ingin mencapai kompromi dengan menyatakan bahwa Yesus dan Bapa adalah berbeda tetapi mirip (similar) disebut kelompok homoiousians.
Pertemuan yang berlangsung sejak 20 Mei 325 itu baru dapat menghasilkan kesimpulan pada tanggal 19 Juni 325 setelah Kaisar Konstantin sendiri datang pada tanggal 14 Juni 325. Kaisar datang dengan membawa satu cohort (setara brigade) tentara Romawi. Konstantin kemudian menangkap Arius, dan kedua sahabatnya Theonas dan Secundus, para Uskup dari Libya dan mengasingkan mereka. Semua tulisan Arius dikabarkan dibakar, sekalipun tidak ada catatan resmi tentang pembakaran ini. Kesimpulan yang diambil pada tanggal 19 Juni 325 diikuti dengan kutukan (anatema) terhadap Arius dan para pendukungnya.
Kaisar nekad. Rapat itu mesti meredakan ketegangan dan menghentikan pertikaian serta menghasilkan semacam asas tunggal yang harus diterima semua pihak berselisih …. Keputusan Konsili menjadi hukum negara. Arius dan uskup-uskup pembangkang dipecat dan dibuang ke pedalaman. Tulisan-tulisan Arius dibakar dan siapa yang mempunyai tetapi tidak menyerahkan terancam hukuman mati (Groenen, 1992:131)
Kesimpulan konsili dibacakan oleh Hosius dari Cordoba yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah “Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah sebenarnya dari yang sebenarnya”. Bahwa Yesus Kristus bukan diciptakan tetapi sama kekalnya dengan bapa (co-substantial) dan berasal dari substansi yang sama (homoousius). Konsili juga memutuskan untuk mengganti perayaan Paskah dari Passover Yahudi kepada Easter. Motivasinya menurut catatan Theodoret adalah pendapat Kaisar untuk menjauhkan perayaan dari tradisi Paskah Yahudi yang telah menyalibkan Yesus Kristus pada hari raya mereka itu. Hal tentang Roh Kudus sama sekali tidak dibicarakan oleh Konsili.
Konsili diakhiri dengan “pesta” bersama Kaisar Konstantin pada tanggal 25 Agustus 325. Tiga bulan kemudian dua uskup yang menyampaikan ide kompromi dan tidak sepenuh hati mendukung kredo Nicea yaitu Eusebius dari Nicomedia dan Theognius dari Nicea diasingkan juga.
Tetapi Kaisar rupanya menyadari bahwa kaum Athanasian tidak mendapat simpatik penuh. Maka pada tahun 328, Kaisar mengijinkan pulang para uskup Unitarian (Arian dan Eusebian) yang diasingkan. Tahun 336 di kota Konstantinopel diadakan pertemuan Uskup se Romawi Timur yang memutuskan bahwa ajaran Arius benar dan ortodoks. Tahun 337, Kaisar Konstantin yang banyak bermain dalam penentuan keputusan di Konsili Nicea baru dibaptis menjelang ajalnya, bahkan Kaisar dibaptis oleh seorang uskup Unitarian yaitu Eusebius dari Nicomedia. Sungguh ironi.
Athanasius yang menyadari bahwa sekarang dirinya berposisi kalah, melarikan diri dari Alexandria, Mesir ke Roma di kawasan Barat yang cenderung lebih mendukung konsep homoousius pada tahun 339. Tahun 341 di Antiokia disusunlah dokumen kredo Arian untuk menangkal kredo Nicea. Pada pertemuan tahun 343 di Sardica, uskup-uskup gereja di Romawi Timur menghendaki penyingkiran selamanya Athanasius dari kedudukan Uskup Alexandria. Tetapi Athanasius justru berhasil memainkan peran politisnya dan kembali menguasai Keuskupan Alexandria tahun 346. Keadaan belumlah tenang bagi kaum Athanasian ketika dalam pertemuan di Sirmium (357) dihasilkan kesimpulan bahwa Bapa lebih besar daripada Anak, dan dalam pertemuan di Antiokia (361) kesimpulan Arian dianggap benar.
Keadaan baru benar-benar mantap bagi kaum pendukung ide homoousius ketika Kaisar Theodius I naik tahta dan mengadakan Konsili Konstantinopel tahun 381. Di bawah pengaruh Basil dari Kapadokia, Gregory dari Nissa, dan Gregory dari Naziansus maka Konsili memutuskan untuk merevisi kredo Nicea. Mereka memasukkan Roh Kudus sebagai “sang Tuhan, Pemberi Hidup, Yang ada dari Bapa, dan bersama dengan Bapa dan Anak, Dia harus disembah dan dimuliakan”. Kaisar kemudian mengeluarkan dekrit bahwa doktrin Trinitas ini adalah doktrin sah dari agama resmi Kekaisaran dan semua penjelasan harus mengacu daripadanya. Dekrit ini diikuti dengan kutukan terhadap semua penganut Arian dan penentang kepribadian Roh Kudus.
Kenyataannya suku-suku di perbatasan wilayah Romawi masih menganut paham Unitarian. Orang-orang Gothic yang telah mencetak Alkitab mereka tahun 351, bersama dengan suku Heruli, Vandal, Suevi (Swiss) demikian juga dengan suku-suku Teutonic dan Jerman. Inilah yang akan memicu perang penyerbuan suku-suku “barbar” ke wilayah-wilayah Romawi.
Doktrin trinitas belum benar-benar diterima secara luas, hingga akhirnya diadakan Konsili Kalkedon (451) untuk menekankan kembali keimanan kepada Trinitas dan dalam Konsili inilah ditetapkan bahwa Yesus adalah “impersonal human nature”. Yesus adalah Allah yang tinggal dalam tubuh manusia. Maka Trinitas menjadi iman sah agama negara Romawi, yaitu Kekristenan.
Mencari Kembali Akar Iman Kita
Dengan melihat bahwa untuk menjadikan Yesus, Allah yang setara dengan Bapa dibutuhkan waktu hingga tahun 325 di bawah kekuatan cohort Romawi yang dipimpin Kaisar Konstantin; dan bahwa untuk menjadikan Roh Kudus, Allah ketiga yang setara dengan Bapa dan Anak dibutuhkan waktu hingga tahun 381 di bawah ancaman Dekrit Kaisar Theodius I; dan bahkan untuk memantapkan Trinitas diperlukan waktu hingga tahun 451, yang itupun masih disertai dengan gempuran suku-suku barbar Unitarian yang memberontak terhadap Romawi; Maka kita perlu sungguh melacak akar iman Kekristenan kita yang sesungguhnya.
Ketika pikiran Yunani dan Romawi, bukannya alam pikir Yahudi, yang mendominasi Gereja, maka terjadilah bencana yang oleh karenanya Gereja tidak pernah pulih baik dalam pengajaran maupun praktek-prakteknya (H.L. Goudge, Judaism and Christianity)
Seorang penulis yang lain Macculay menyatakan : “Di abad kelima masehi, Kekristenan telah menaklukkan kekafiran, dan kekafiran meracuni (menginfeksi) Kekristenan”.
Sungguh merupakan pekerjaan rumah yang besar bagi kita untuk menemukan kembali apa yang Yesus maksudkan dengan menyatakan : “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3). Ini adalah pernyataan iman yang murni dari Sang Mesias, dan bukan pernyataan iman yang dituliskan oleh para Teolog ratusan tahun setelah Yesus, yang sebenarnya mereka tidak pernah melihat Allah (Yohanes 1:18).
Satu hal yang harus kita pahami adalah bahwa tidak ada sumber lain yang dapat membantu kita untuk memahami pemahaman yang benar akan Allah dan akan Yesus Kristus selain daripada Alkitab sendiri. “… FirmanMu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17) adalah ajaran yang datang dari Sang Guru Agung, Yesus Kristus. Alkitab ini bukanlah buku misterius yang hanya dapat dipahami oleh para Teolog, tetapi merupakan kebenaran sederhana yang Yesus Kristus sendiri katakan : “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” (Matius 11:25).
Selamat mencari akar iman kita yang sebenarnya.
19 comments:
Sungguh ironi bagaimana sbh keyakinan dibangun oleh kekuatan politik (kaisar) yg profan. Apalagi dogma trinitas didasarkan pd SATU ayat belaka yg tdk terdpt pd codex yg kuno bahkan aslinya hanya sbh "Catatan Kaki" yg sengaja dimasukkan oleh orang yg tdk bertanggung-jawab (lucifer?). Saatnya kita mendelete "catatan Kaki" tersebut!
bagaimana mungkin menyebut diri kristen tetapi tidak mengimani trinitas ?
istilah trinitas itu tidak tepat !
Setiap usaha mengeksklusifkan diri atau kelompok atau golongan tertentu, PASTI berlawanan dengan JESUS. Emang di pintu Sorga cuma 3nitas aja boleh masuk ? Ha3... lucas nasution itu manusia organisasi, bukan manusia illahi. Ha3...
Iman yang benar itu yang bagaimana Lucas ? Iman yang dibuat manusia atau dari Bapa ?
Mari kita meng iman i bahwa tidak akan ada armagedon atau perang besar di akhir jaman ini. Mari... kalo bisa.
yang saya pahami - iman itu jawaban manusia terhadap wahyu dari ALLAH.
"Setiap usaha mengeksklusifkan diri atau kelompok atau golongan tertentu, PASTI berlawanan dengan JESUS"
baiklah kalau memang demikian pandangan anda
salam damai
mengapa selalu mengatas namakan Jesus padahal ada yg lebih tinggi darinya yaitu Allah
bila rekan sesama ada yang mampu langsung berhubungan melalui YHWH ya silahkan saja, kita masing2 punya posisi masing2 dihadapanNYA.
Isa Almasih-lah jalan menuju YHWH,
hati2 jangan kesasar / nyasar ke neraka.
Asal usul trinitas sama saja dengan saja sejarah peribadatan pada hari minggu, kafir. Sampai kapanpun, Yesus, Juru selamat kita, tak akan pernah menjadi Allah dan tak pernah menganggap dirinya Allah, karena Allah adalah Bapa Yang Maha Kuasa. Mari kita renungkan kembali Lukas 9:18-21 ketika Yesus bertanya kepada murid2nya, Siapakah Aku? Petrus menjawab Mesias dari Allah, bukan Engkau adalah Allah. Terus berjuang, semoga Allah memberkati.
jika, istilah trinitas tidak tepat! mengapa masih ada yang percaya dengan trinitas??? lalu, dinyatakan esa juga tidak tepat karena dia tidak esa tapi trinitas. ya metematika keyakinan yang sulit dicerna dengan akal pikiran.
begitulah pemikiran orang2 yg sudah dperbudak dengan logika.. mereka pikir Tuhan itu bisa dipahami dengan logika dan pikiran manusia yang terbatas ini??!! mari kita buka injil Matius (sry lupa ayatnya ^_^) baptislah mereka dalam Nama Bapa, Putra, Roh Kudus.. sekarang qta liat Yohanes ayat 17 dari awal.. qta dapat melihat penggalan ayat yg berbunyi "..seperti Nama MU yg telah KAU berikan kepada KU... di Kitab Wahyu juga disebutkan mengenai mereka yg dimeteraikan oleh Nama Bapa dan Nama Anak.. sekarang coba anda para saudara unitarian renungkan, apakah Nama Yesus adalah hanya Nama Anak saja?? saya rasa tidak!! nama Yesus adalah Nama bersama yg dimiliki oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus... yg diperkenalkan kepada manusia melalui Anak Nya.. mari qta beranalogi.. bila Sorga adalah sebuah rumah, Dan BAPA adalah ayah, ANAK adalah anak dari ayah, sedangkan para malaikat adalah pelayannya (pembantu/PRT).. apakah anak setingkat derajatnya dengan pembantu?? (jadi ANAK bukanlah malaikat mikael seperti yg dikatakan bung Frans Donald!!)... bila pembantu dengan pembantu bertengkar, siapakah yg berhak untuk menghakiminya?? tentu majikannya!! itulah sebabnya mengapa malaikat mikael ketika bertengkar dengan iblis ketika memperebutkan mayat musa tidak berani menghakiminya.. karena ia hanyalah pelayan yg setingkat dengan lucifer (ingat lucifer sebelum kejatuhannya adalah malaikat juga)..
bandingkan dengan apa yg dilakukan ANAK saat dicobai oleh iblis, DIA tidak berkata seperti mikael, "kiranya Allah menghardik engkau!!", tapi IA berkata, "enyahlah engkau!!!".. artinya, sama seperti BAPA, ANAK juga mempunyai kuasa untuk menghakimi (jadi mikael bukanlah ANAK)
didalam sebuah rumah, ayah adalah tuan rumah, anak juga tuan rumah, tetapi pembantu bukanlah tuan rumah!!
seorang ayah misalkan mempunyai marga atau nama keluarga Budi, sang anakpun berhak untuk memakai nama Budi tsb, yg secara otomatis merupakan ahli waris dari sang ayah, yg jg berhak atas seluruh rumah tsb!! ayah adalah majikan, ibu adalah majikan, anak juga majikan.. tetapi ayah bukan ibu, ibu bukan ayah, anak bukan ayah atw ibu, dan ayah dan ibu bukanlah anak!!
sangat sulit untuk memahami konsep KETUHANAN TRINITAS, setiap analogi termasuk analogi ini tidak bisa menggambarkan TRINITAS secara utuh. tetapi disitulah bukti kebesaran TUHAN qta, yaitu tidak bisa dipahami oleh logika manusia yg hanyalah ciptaan, tetapi cukup diimani!! INGAAT!!iman adalah percaya walau tidak melihat!! Bible memang tidak menyebutkan TRINITAS secara jelas, tetapi banyak ayat2 didalamnya yg menggambarkan KeJamakan di dalam Ke Esaan Allah..
mohon dimaafkan bila ada kata2 yg salah, Tuhan Yesus memberkati qta smua. Shalom..
'sangat sulit untuk memahami konsep KETUHANAN TRINITAS, setiap analogi termasuk analogi ini tidak bisa menggambarkan TRINITAS secara utuh. tetapi disitulah bukti kebesaran TUHAN qta, yaitu tidak bisa dipahami oleh logika manusia yg hanyalah ciptaan, tetapi cukup diimani!! INGAAT!!iman adalah percaya walau tidak melihat!!' ha3..maaf saya tidak bermaksud menertawai,sangat sulit di pahami (trinitas)oleh akal beda dengan tidak masuk akal, kalau sangat sulit 'bisa' walau butuh waktu agak lama, tetapi beda dengan tidak masuk akal, sampai kapan pun tidak akan bisa masuk akal, sulitnya saudara kita yg satu ini untuk mendapatkan analogi ttg tritinas membutuhkan 2000 tahun lho!! jangan2 tidak masuk akal..saya tahu percuma saya bicara dengan saudara kita ini, karena dia dogmatis...saya cuma tidak tahan dengan lelucon ini ha3..maaf saya tidak tahan...ha3
he he he he ^_^ silahkan tertawa dan beargumen spuasnya... tp ingat.. ada waktunya dmn smuanya akan terjawab..
yaitu saat dmn qta berkumpul di Rumah Bapa bersama Tuhan Yesus dan org percaya lainnya dalam kekekalan.. smoga anda juga berada disana nnt..
@ bung "Setan Bedu"..
ingat Allah memberikan keselamatan di dalam Nama Yesus bukan nama yg lainnya..
jadi walaupun menurut anda Allah lbh tinggi dr Yesus Kristus, suka tidak suka hanya melalui Yesus lah Allah berkenan memberi keselamatan..
Jadi, sudahkah anda percaya dan menerima Yesus di hatimu?
Carilah apa yang di katakan Jesus Christ, jangan pernah kamu mengikuti apa yang diperkatakan orang lain yang tidak sesuai dengan ajaran Yesus, karena kamu akan disesatkan dan akan tersesat. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas, apalagi sebagai dogma utama tetapi penyembahan kepada Bapa. Trinitas merupakan konsep yang dibuat berabad-abad setelah penyaliban Yesus. Konsep trinitas tidak pernah imani dan di ajarkan murid-murid Yesus sendiri. Bagaimana mungkin hal tersebut menjadi dogma yang paling di nomor satukan dalam keimanan kristen kita sekarang ini. Ingatlah Dogma pertama iman kristen sebenarnya adalah 12:29, “Perintah yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhanlah Allah kita, Tuhan itu esa. 12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Jesus tidak mengatakan Dogma yang terutama adalah Tuhan kita adalah Bapa, Aku (Jesus) dan Roh kudus. Dogma trinitas, di buat oleh orang yang mengaku kristen tetapi membelokkan ajaran Yesus yang sesungguhnya. Ingatlah firman Tuhan didalam Injil Markus 13: 5, 6,
21, yang bunyinya:
" Ingatlah baik-baik jangan kamu disesatkan orang, karena banyak orang yang datang dengan namaku,
katanya: Aku ini Kristus, maka mereka itu akan menyesatkan banyak orang, dan jikalau pada waktu itu
seorang berkata: "Tengok, inilah Kristus, atau
itulah Kristus" janganlah kamu percaya. Karena beberapa Kristus palsu akan terbit serta
mengadakan pekerjaan yang ganjil-ganjil dan
perbuatan heran yang menyesatkan manusia, jikalau boleh, daripada orang yang terpilih pula. Yesus sangat marah dengan orang-orang seperti ini, yang mengatakan sesuatu atas nama-Nya tetapi membelokkan ajarannya.
Yesus berkata: "Hai, bagi orang yang mendatangkan
kesal kepada anak-anak ini, alangkah baiknya kalau
batu kisaran diikatkan dilehernya, dadicampakkannya kedalam laut. Tetapi akan hal ini,
tak dapat tiada akan berlaku. (Bacalah Matius 18:6-7
dan Matius 24:1-21)
Kepercayaan yang diimani, harus berasal dari pengajaran Yesus. Konsep trinitas, dipaksakan ke keimanan kita dengan dalih "Tuhan itu misterius dan tidak bisa dipahami oleh keterbatasan akal manusia", tapi kita perlu pertanyakan dulu konsep ini berasal dari mana? Apakah konsep ini benar-benar berasal dari perkataan Yesus, atau dibuatkan oleh manusia.
Boleh saya tahu tata (urutan) ibadah gereja Tauhid ini? Saya dengar sama dengan ibadah gereja Advent. Lalu, jika begitu, apa saja aktivitas yang dilakukan pada vesper (urutan doanya), sekolah Sabat, PA, ibadah Sabat siang, dan tutup Sabat? Atau, adakah votum, pembacaan Kitab Suci, nyanyian jemaat, doa syukur agung, saat teduh, perjamuan, dll? Terima kasih
Untuk melengkapi referensi bacalah kesuluruhan kitab suci agama samawi tanpa terkecuali Zabur, Taurat, Injil & AlQur'an. Jujur dalam melakukan studi, kosongkan pengetahuan yg telah didapat untuk mendapatkan hasil yang tak terbantahkan. Biarkanlah Dia Allah sendiri yang akan menjelaskannya, karena manusia terbatas dalam kesuciannya dan pengetahuan. Setelah referensi lengkap mulailah dengan pertanyaan2 dan kumpulkan jawabanya dari 4 kitab tersebut. Mempelejari keseluruhan kitab sucinyanya adalah jalan keselamatan, agar kita terhindar dari mengikuti jejak yang salah.
Uskup Agung Alexander dari Alexandria dan penerusnya Uskup Athanasius melawan Uskup Arius dari Alexandria ???
Arius TIDAK PERNAH ditahbiskan sebagai uskup. Dia HANYA seorang imam paroki di Bochalia di dalam tapal batas Kota Aleksandria.
Kaisar Konstantinus memang menggunakan kekerasan untuk membela ajaran bahwa Yesus adalah sungguh Allah.
TETAPI ...
Kaisar Konstantius (anak kandung Kaisar Konstantinus) JUGA menggunakan kekerasan untuk membela ajaran bahwa Yesus adalah BUKAN Allah.
Kalau Kaisar Konstantinus mengasingkan Eusebius (Uskup Agung Nicomedia) dan Arius karena mereka mengajarkan bahwa Yesus adalah bukan Allah,
MAKA ...
Kaisar Konstantius mengasingkan Athanasius (Patriarkh Aleksandria) dan Liberius (Patriarkh Roma) karena mereka mengajarkan bahwa Yesus adalah sungguh Allah.
Pertanyaan bertema sama :
Apakah Abdullah bin Abdul Aziz, Raja Saudi Arabia bisa berlapang dada merelakan Agama Buddha berkembang luas di kerajaannya ???
Hi, cool video to watch for everyone [url=https://bit.ly/3u38cSA]https://bit.ly/3u38cSA[/url]
Post a Comment