Perayaan Natal biasanya berlangsung sangat meriah.
Pohon-pohon cemara yang dihias dengan ornamen-ornamen dan lampu-lampu natal,
sinterklas (santa clause), dan berbagai kemeriahan besar di banyak gereja. Kita
tentu saja menghormati hak perayaan ini, sebagaimana kita menghormati pilihan
hari-hari raya di banyak agama lain, tetapi kita tetap harus menjawab dengan
jujur, apakah Hari Natal adalah sungguh-sungguh hari peringatan kelahiran Yesus
Kristus?
Satu jawaban yang singkat, Tidak!
Injil-injil sinoptik (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes)
tidak pernah dengan nyata-nyata menyebutkan satu tanggal tertentu sebagai hari
kelahiran Yesus Kristus. Ada banyak hal yang menyebabkan ketiadaan pencatatan
tanggal kelahiran Yesus Kristus ini :
1. Tradisi Ibrani tidak mengistimewakan peringatan
akan hari kelahiran seseorang. Jika seseorang itu adalah tokoh publik atau
figur yang dikenang, maka mereka justru memperingati hari kematiannya. Tidak
heran, Yesus Kristus tidak pernah memerintahkan murid-muridnya untuk merayakan
hari kelahirannya, tetapi justru untuk mengenang hari kematiannya :
Katanya (Yesus) kepada mereka : “Aku
sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita”
... Lalu ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan
memberikannya kepada mereka, katanya “Inilah tubuhku yang diserahkan bagi kamu,
perbuatlah ini menjadi peringatan akan aku”. Demikian juga dibuatnya dengan
cawan sesudah makan; Ia berkata “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahku,
yang ditumpahkan bagi kamu” (Lukas 22:15,19-20)
Maka Paulus sebagai rasul/tokoh
gereja yang kemudian juga menekankan pentingnya peringatan akan Paskah, yang
bersamaan dengan peringatan akan kematian Yesus Kristus :
“Sebab setiap kali kamu makan
roti (ini) dan minum cawan (ini), kamu memberitakan kematian Tuan sampai ia
datang” (1Korintus 11:26)
Ini sesuai dengan pendapat Raja
Salomo :
“... Hari kematian lebih baik
daripada hari kelahiran” (Pengkhotbah 7:1)
2. Yesus Kristus terlahir sebagai “orang kecil” dan
miskin dari Betlehem, yang besar di kota radikal Nazaret. Tidak banyak detail
sejarah masa kecil Yesus yang tercatat, bahkan masa usia 12 hingga 30 tahun,
tidak ada detail sejarah Yesus Kristus yang dicatat oleh Injil Sinoptik. Ini
adalah kesulitan sejarah dari para penulis Injil Sinoptik yang mengumpulkan
data dan menulis Injil sekitar tahun 70-80M, jauh sesudah kelahiran, kematian
dan kenaikan Yesus Kristus. Dengan demikian sangat dimungkinkan bahwa detail
tanggal lahir Yesus Kristus tidak tercatat, dan para penulis sejarah/Injil
sinoptik tidak mendapat akses kepada detail tanggal lahir tersebut.
Namun demikian, masih ada
detail-detail yang bisa menggambarkan situasi saat kelahiran Yesus Kristus :
a.
Dilahirkan pada masa sensus Kaisar Agustus yang
dilakukan oleh Kirenius, wali negeri Siria (atau sering disebut sebagai Kepala
Militer Romawi di Siria) – Lukas 2:1-3
b.
Gembala-gembala menjaga kawanan ternak di luar
kandang pada waktu malam (Lukas 2:8)
c.
Orang-orang majus, para pengamat astronomi dari
kerajaan Timur (kemungkinan Babilonia/Asyur), melihat bahwa ada penampakan
bintang terang (atau oleh penafsir lain disebut sebagai konjugasi bintang,
pertemuan bintang) pada saat kelahiran Mesias – Matius 2:2. --- Tentang hal ini
perlu dicatat juga bahwa tradisi natal yang menyebutkan 3 orang Majus datang
menemui bayi Yesus di kandang domba adalah hal yang keliru, karena tidak ada
pernyataan bahwa jumlah orang Majus itu hanya 3 orang (mereka datang dalam
rombongan), dan kedatangan orang Majus itu bukan ke kandang domba saat
kelahiran Yesus tapi kurang lebih 1-2 tahun setelah kelahiran Yesus (butuh
waktu untuk perjalanan dari timur ke Betlehem). Itulah sebabnya Herodes
membunuh semua anak berusia di bawah 2 tahun untuk memusnahkan Yesus setelah
kunjungan orang-orang Majus tersebut.
Keseluruhan detail-detail
tersebut sama sekali tidak cocok dengan pilihan tradisi 25 Desember sebagai
hari lahir Yesus, karena :
a.
Sensus penduduk Romawi biasanya diadakan setelah
panen, yaitu pada musim gugur. Tidak mungkin sensus penduduk diadakan pada
musim dingin (Desember), di mana cuaca ekstrim akan melanda wilayah Romawi di
Eropa, Asia Kecil dan Siria.
b.
Gembala-gembala yang mengurus ternaknya di luar
kandang pada waktu malam semakin menguatkan bahwa cuaca pada waktu itu bukanlah
cuaca yang dingin (Desember) tetapi cuaca musim gugur yang panas, di mana
gembala harus mencari rumput segar jauh dari rumah mereka.
c.
Penampakan bintang terang dari wilayah timur,
juga menunjukkan bahwa para astronom timur tersebut mengalami langit yang
cerah, bukan langit gelap akibat musim dingin (Desember).
Dengan demikian Yesus Kristus
diperkirakan lahir pada musim gugur yaitu antara Agustus atau September,
bukannya pada bulan Desember.
Lalu dari mana asal tradisi
natal pada tanggal 25 Desember?
Kemungkinan paling dekat adalah
karena tanggal 25 Desember merupakan perayaan yang sudah populer di Romawi
sebelum Kristen, yaitu perayaan Saturnalia. Perayaan ini merupakan perayaan
seminggu penuh dari tanggal 17-25 Desember dengan tujuan utama, mendoakan agar
gelap dan dingin dapat segera diakhiri oleh terang dan kehangatan. Nampaknya
terjadi kompromi saat banyak orang Romawi bersedia menjadi Kristen setelah masa
Kaisar Konstantin, mereka meminta agar hari-hari raya yang sudah populer ini
tetap dirayakan dengan diberi “sentuhan kristiani”. Maka, mereka mengubah
konsep “terang yang datang menggantikan gelap” dengan “Yesus Kristus, terang
dunia yang lahir untuk membebaskan dari kegelapan”. Terjadilah kompromi, dan hari
saturnalia dipaksakan menjadi hari kelahiran Yesus.
Tidak heran, banyak ornamen
natal yang sama sekali tidak bersentuhan dengan kebudayaan Ibrani, tempat di
mana Yesus dilahirkan di Betlehem :
a.
Pohon Cemara. Pohon ini adalah pohon yang umum
di daratan eropa, tetapi merupakan jenis pohon yang tidak lazim di Siria. Di
Siria yang lazim adalah pohon aras (sejenis pohon jati di Indonesia). Adanya
pohon juga merupakan kejanggalan, karena Yesus lahir di kandang domba, bukan di
bawah pohon. Hal ini rupanya terkait dengan perayaan pagan Romawi, di mana
orang-orang Romawi berkeliling di bawah pohon cemara (yang tetap hijau saat
salju), sambil berdoa kepada dewa-dewi agar musim dingin segera berlalu.
b.
Hiasan / ornamen pohon natal. Ornamen-ornamen
tersebut baik bola perak, tongkat melengkung, lonceng, kaos kaki dan sebagainya
bukanlah tradisi Ibrani melainkan tradisi eropa. Barangkali satu-satunya cerita
Alkitab yang ditampilkan dalam dekorasi itu adalah bintang yang menggambarkan
bintang yang dilihat oleh orang Majus.
c.
Hadiah-hadiah di bawah pohon natal. Ini adalah
akibat kesalahkaprahan tafsir bahwa orang-orang Majus datang mengunjungi dan
memberi hadiah kepada bayi Yesus di tempat kelahirannya. Kenyataan Alkitab
menunjukkan bahwa orang-orang Majus datang kepada Yesus pada saat Yesus telah
berusia sekitar 1-2 tahun.
d.
Sinterklas / Santa-clause. Apa hubungannya kakek
tua gemuk berjenggot putih dengan kelahiran Mesias, Yesus Kristus. Tidak ada!
Tradisi ini dihubungkan dengan seorang pendeta yang baik hati yaitu Nikolas,
yang sering membagi hadiah kepada masyarakat sekitar di Asia Kecil (Turki), dan
sama sekali tidak ada kaitannya dengan kelahiran Yesus.
Dengan demikian Alkitab tidak pernah memberikan sedikitpun
pendapat bahwa Yesus Kristus lahir pada tanggal 25 Desember yaitu di musim
dingin, dan penetapan natal adalah tradisi gereja sebagai hasil kompromi dengan
tradisi Romawi.
Kita wajib tetap menghormati pilihan tradisi bagi mereka
yang merayakan natal, dan tidak ada masalah dengan mengucapkan selamat natal,
atau datang ke acara natal; seperti halnya kita juga menghormati pilihan
hari-hari raya agama-agama lain. Tetapi jika ditanya kepada kita sebagai
seorang Kristen yang memahami Alkitab, maka kita akan dapat membedakan bahwa
kelahiran Yesus Kristus sang Juruselamat bukanlah bertepatan dengan hari natal
25 Desember.