12/24/12

Benarkah Yesus Lahir 25 Desember?



Perayaan Natal biasanya berlangsung sangat meriah. Pohon-pohon cemara yang dihias dengan ornamen-ornamen dan lampu-lampu natal, sinterklas (santa clause), dan berbagai kemeriahan besar di banyak gereja. Kita tentu saja menghormati hak perayaan ini, sebagaimana kita menghormati pilihan hari-hari raya di banyak agama lain, tetapi kita tetap harus menjawab dengan jujur, apakah Hari Natal adalah sungguh-sungguh hari peringatan kelahiran Yesus Kristus?
 
Satu jawaban yang singkat, Tidak!

Injil-injil sinoptik (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) tidak pernah dengan nyata-nyata menyebutkan satu tanggal tertentu sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Ada banyak hal yang menyebabkan ketiadaan pencatatan tanggal kelahiran Yesus Kristus ini :

      1. Tradisi Ibrani tidak mengistimewakan peringatan akan hari kelahiran seseorang. Jika seseorang itu adalah tokoh publik atau figur yang dikenang, maka mereka justru memperingati hari kematiannya. Tidak heran, Yesus Kristus tidak pernah memerintahkan murid-muridnya untuk merayakan hari kelahirannya, tetapi justru untuk mengenang hari kematiannya :
 
Katanya (Yesus) kepada mereka : “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita” ... Lalu ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, katanya “Inilah tubuhku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan aku”. Demikian juga dibuatnya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Lukas 22:15,19-20)

Maka Paulus sebagai rasul/tokoh gereja yang kemudian juga menekankan pentingnya peringatan akan Paskah, yang bersamaan dengan peringatan akan kematian Yesus Kristus :

“Sebab setiap kali kamu makan roti (ini) dan minum cawan (ini), kamu memberitakan kematian Tuan sampai ia datang” (1Korintus 11:26)

Ini sesuai dengan pendapat Raja Salomo :

“... Hari kematian lebih baik daripada hari kelahiran” (Pengkhotbah 7:1)

      2. Yesus Kristus terlahir sebagai “orang kecil” dan miskin dari Betlehem, yang besar di kota radikal Nazaret. Tidak banyak detail sejarah masa kecil Yesus yang tercatat, bahkan masa usia 12 hingga 30 tahun, tidak ada detail sejarah Yesus Kristus yang dicatat oleh Injil Sinoptik. Ini adalah kesulitan sejarah dari para penulis Injil Sinoptik yang mengumpulkan data dan menulis Injil sekitar tahun 70-80M, jauh sesudah kelahiran, kematian dan kenaikan Yesus Kristus. Dengan demikian sangat dimungkinkan bahwa detail tanggal lahir Yesus Kristus tidak tercatat, dan para penulis sejarah/Injil sinoptik tidak mendapat akses kepada detail tanggal lahir tersebut.
 
Namun demikian, masih ada detail-detail yang bisa menggambarkan situasi saat kelahiran Yesus Kristus :

a.       Dilahirkan pada masa sensus Kaisar Agustus yang dilakukan oleh Kirenius, wali negeri Siria (atau sering disebut sebagai Kepala Militer Romawi di Siria) – Lukas 2:1-3
b.      Gembala-gembala menjaga kawanan ternak di luar kandang pada waktu malam (Lukas 2:8)
c.       Orang-orang majus, para pengamat astronomi dari kerajaan Timur (kemungkinan Babilonia/Asyur), melihat bahwa ada penampakan bintang terang (atau oleh penafsir lain disebut sebagai konjugasi bintang, pertemuan bintang) pada saat kelahiran Mesias – Matius 2:2. --- Tentang hal ini perlu dicatat juga bahwa tradisi natal yang menyebutkan 3 orang Majus datang menemui bayi Yesus di kandang domba adalah hal yang keliru, karena tidak ada pernyataan bahwa jumlah orang Majus itu hanya 3 orang (mereka datang dalam rombongan), dan kedatangan orang Majus itu bukan ke kandang domba saat kelahiran Yesus tapi kurang lebih 1-2 tahun setelah kelahiran Yesus (butuh waktu untuk perjalanan dari timur ke Betlehem). Itulah sebabnya Herodes membunuh semua anak berusia di bawah 2 tahun untuk memusnahkan Yesus setelah kunjungan orang-orang Majus tersebut.

Keseluruhan detail-detail tersebut sama sekali tidak cocok dengan pilihan tradisi 25 Desember sebagai hari lahir Yesus, karena :

a.       Sensus penduduk Romawi biasanya diadakan setelah panen, yaitu pada musim gugur. Tidak mungkin sensus penduduk diadakan pada musim dingin (Desember), di mana cuaca ekstrim akan melanda wilayah Romawi di Eropa, Asia Kecil dan Siria.
b.      Gembala-gembala yang mengurus ternaknya di luar kandang pada waktu malam semakin menguatkan bahwa cuaca pada waktu itu bukanlah cuaca yang dingin (Desember) tetapi cuaca musim gugur yang panas, di mana gembala harus mencari rumput segar jauh dari rumah mereka.
c.       Penampakan bintang terang dari wilayah timur, juga menunjukkan bahwa para astronom timur tersebut mengalami langit yang cerah, bukan langit gelap akibat musim dingin (Desember).

Dengan demikian Yesus Kristus diperkirakan lahir pada musim gugur yaitu antara Agustus atau September, bukannya pada bulan Desember.

Lalu dari mana asal tradisi natal pada tanggal 25 Desember?

Kemungkinan paling dekat adalah karena tanggal 25 Desember merupakan perayaan yang sudah populer di Romawi sebelum Kristen, yaitu perayaan Saturnalia. Perayaan ini merupakan perayaan seminggu penuh dari tanggal 17-25 Desember dengan tujuan utama, mendoakan agar gelap dan dingin dapat segera diakhiri oleh terang dan kehangatan. Nampaknya terjadi kompromi saat banyak orang Romawi bersedia menjadi Kristen setelah masa Kaisar Konstantin, mereka meminta agar hari-hari raya yang sudah populer ini tetap dirayakan dengan diberi “sentuhan kristiani”. Maka, mereka mengubah konsep “terang yang datang menggantikan gelap” dengan “Yesus Kristus, terang dunia yang lahir untuk membebaskan dari kegelapan”. Terjadilah kompromi, dan hari saturnalia dipaksakan menjadi hari kelahiran Yesus.

Tidak heran, banyak ornamen natal yang sama sekali tidak bersentuhan dengan kebudayaan Ibrani, tempat di mana Yesus dilahirkan di Betlehem :

a.       Pohon Cemara. Pohon ini adalah pohon yang umum di daratan eropa, tetapi merupakan jenis pohon yang tidak lazim di Siria. Di Siria yang lazim adalah pohon aras (sejenis pohon jati di Indonesia). Adanya pohon juga merupakan kejanggalan, karena Yesus lahir di kandang domba, bukan di bawah pohon. Hal ini rupanya terkait dengan perayaan pagan Romawi, di mana orang-orang Romawi berkeliling di bawah pohon cemara (yang tetap hijau saat salju), sambil berdoa kepada dewa-dewi agar musim dingin segera berlalu.
b.      Hiasan / ornamen pohon natal. Ornamen-ornamen tersebut baik bola perak, tongkat melengkung, lonceng, kaos kaki dan sebagainya bukanlah tradisi Ibrani melainkan tradisi eropa. Barangkali satu-satunya cerita Alkitab yang ditampilkan dalam dekorasi itu adalah bintang yang menggambarkan bintang yang dilihat oleh orang Majus.
c.       Hadiah-hadiah di bawah pohon natal. Ini adalah akibat kesalahkaprahan tafsir bahwa orang-orang Majus datang mengunjungi dan memberi hadiah kepada bayi Yesus di tempat kelahirannya. Kenyataan Alkitab menunjukkan bahwa orang-orang Majus datang kepada Yesus pada saat Yesus telah berusia sekitar 1-2 tahun.
d.      Sinterklas / Santa-clause. Apa hubungannya kakek tua gemuk berjenggot putih dengan kelahiran Mesias, Yesus Kristus. Tidak ada! Tradisi ini dihubungkan dengan seorang pendeta yang baik hati yaitu Nikolas, yang sering membagi hadiah kepada masyarakat sekitar di Asia Kecil (Turki), dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan kelahiran Yesus.

Dengan demikian Alkitab tidak pernah memberikan sedikitpun pendapat bahwa Yesus Kristus lahir pada tanggal 25 Desember yaitu di musim dingin, dan penetapan natal adalah tradisi gereja sebagai hasil kompromi dengan tradisi Romawi.

Kita wajib tetap menghormati pilihan tradisi bagi mereka yang merayakan natal, dan tidak ada masalah dengan mengucapkan selamat natal, atau datang ke acara natal; seperti halnya kita juga menghormati pilihan hari-hari raya agama-agama lain. Tetapi jika ditanya kepada kita sebagai seorang Kristen yang memahami Alkitab, maka kita akan dapat membedakan bahwa kelahiran Yesus Kristus sang Juruselamat bukanlah bertepatan dengan hari natal 25 Desember.